BMKG : 2023 Diprediksi Musim Kemarau, Termasuk Lampung

Ilustrasi Kekeringan. Dok Pixabay
Print Friendly, PDF & Email
image_pdfimage_print

JAKARTA, Exspost.com — Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) prediksi akan terjadi kemarau pada 2023 di sejumlah daerah di Indonesia, termasuk Provinsi Lampung. Untuk itu, masyarakat diminta untuk melakukan langkah mitigasi musim kemarau 2023, seperti dengan melakukan panen air hujan.

“Mumpung saat ini hujan masih turun, maka kami mengimbau kepada seluruh masyarakat dan pemerintah daerah untuk melakukan aksi panen hujan dengan cara menampungnya. Manfaatkan air sebaik-baiknya,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan resmi, Sabtu, 18 Februari 2023.

Dia megatakan BMKG memprediksi musim kemarau di 2023 akan lebih kering jika dibandingkan dengan periode tiga tahun terakhir, yakni 2020-2022. Adapun beberapa wilayah yang perlu mewaspadai kekeringan di antaranya ialah si Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

“Pada saat kemarau nanti, air tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari guna mengantisipasi dampak kekeringan akibat musim kemarau,” kata dia.

Dia mengatakan dalam waktu beberapa bulan kedepan, curah hujan diprediksi dapat terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Namun, curah hujan itu dengan kategori intensitas rendah.

Adapun sektor-sektor yang terdampak seperti sumber daya air, kehutanan, pertanian, dan kebencanaan, perlu melakukan langkah antisipatif untuk meminimalkan potensi dampak kekeringan sebagai konsekuensi kondisi curah hujan rendah tersebut.

“Yang jelas, perlu diketahui kondisi cuaca yang kering ini berpotensi mengakibatkan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Untuk itu, langkah pencegahan harus dilakukan semua pihak terkait sebagai bentuk mitigasi dan antisipasi,” kata dia.

Sementara itu, Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG Dodo Gunawan mengatakan, setelah mengalami kondisi La Nina selama tiga tahun terakhir 2020-2022 yang mengakibatkan iklim basah. Bahkan, pemantauan terbaru suhu permukaan laut di Samudra Pasifik menunjukkan bahwa saat ini intensitas La Nina terus melemah. Indeks La Nina pada awal Februari 2023 sebesar -0,61.

“Kondisi La Nina ini, diprediksi akan terus melemah dan beralih menuju kondisi netral pada Februari – Maret 2023. Kondisi ENSO Netral diprediksi akan terus bertahan hingga pertengahan 2023. Kondisi ini menyebabkan musim kemarau pada 2023 diprediksikan lebih kering dibandingkan tiga tahun terakhir,” kata dia.

Dodo merincikan daerah yang diprediksikan mendapatkan potensi curah hujan bulanan dengan kategori rendah atau akumulasi kurang dari 100 mm per bulan berpeluang besar terjadi.

“Pada Maret, curah hujan dengan intensitas rendah berpotensi terjadi di bagian tengah Sulawesi Tengah. Sementara itu pada April terjadi di sebagian NTB, sebagian NTT, dan bagian tengah Sulawesi Tengah,” kata dia.

Selanjutnya, kata dia, pada Mei berpotensi terjadi di bagian selatan Sumatra Selatan, pesisir utara Banten, DKI Jakarta, pesisir utara Jawa Barat, bagian timur Jawa Tengah, sebagian besar Jawa Timur, sebagian Bali, sebagian NTB, dan sebagian NTT.

Lalu, pada Juli-Agustus berpotensi terjadi di sebagian Aceh, sebagian Sumatera Utara, sebagian Jambi, sebagian Sumatera Selatan, sebagian Lampung, sebagian Banten, DKI Jakarta, sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, sebagian Kalimantan Selatan, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Sulawesi Tengah, sebagian Gorontalo, sebagian Sulawesi Utara dan sebagian Papua.

“Maka dari itu, BMKG bekerjasama erat dengan sektor-sektor yang dapat terdampak oleh kekeringan, dengan memberikan informasi update reguler mengenai perkembangan iklim maupun bersama-sama menetapkan langkah-langkah mitigasinya,” kata dia. **

banner 828x269

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *